Pati-Infomuria.com-Festival Muria Raya adalah upaya menerjemahkan olah raga, cipta, rasa dan karsa warga desa. Wujudnya bermacam acara dan upacara serta jenis kesenian hadir jadi persembahan. Ya, sebuah persembahan! Karenanya warga desa biasanya akan mengucap, “Kami persembahkan tabuhan dan tarian ini untuk Anda”, bila akan mengadakan pagelaran. Karena sebuah persembahan, maka jadi laku suluk naik menuju hadirat ilahi atau dari Ilham ilahiyah turun menuju rasa insaniyah.

Kehidupan warga desa adalah kehidupan surga atau firdaus. Sebagaimana gambaran firdaus dalam kitab suci, maka kita akan temukan kehidupan yang alam dan penghuninya asri dan murah senyum. Murah sandang murah pangan, gemah Ripah loh jinawi. Penuh nyanyian dan tarian. Paradesa (Nusantara), Prades (India), firdaus (arab) adalah satu akar kata satu makna. Warganya atau kawulawarga desa adalah pribadi yang merdeka sekaligus merdesa!

Pada tanggal 20 Mei 2023, gong pembukaan FMR#3, secara resmi ditabuh beriringan dengan peresmian kelompok barongan “Aji Sekar Tanjung” sekaligus untuk menyambut “Hari Peradaban Desa,” yang jatuh pada 21 Mei, keesokan harinya. Pembukaan FMR#3 disusul dengan workshop pembuatan gamelan kaca yang berlangsung selama 3 hari penuh pada tanggal 7 hingga 9 Juni, kurang dari tiga minggu setelah gong pembukaan tersebut. Dua acara di atas berlangsung di desa Tanjung Rejo, tepatnya di area Punden Mbah Soreng.

Puncak acara FMR#3 berlangsung di dukuh Dombyang, desa Jepalo, kecamatan Gunung Wungkal, kabupaten Pati dengan tema SULUK DISRUPSI. Selain melibatkan warga lereng gunung Muria, khususnya warga Dombyang, acara melibatkan 80 seniman dan pegiat budaya dari Komunitas Studio Mendut dari Magelang. FMR#3 kali ini terjadwal pada hari Rabu tanggal 20 Desember 2023, mulai jam satu siang sampai jam satu malam hari, terdiri dari tiga acara utama, yakni Kirab Paseduluran dan Pagelaran Suluk Disrupsi pada siang hari, serta Jagong Srawung Gayeng pada malam hari.

Budayawan Sutanto Mendut sebagai petinggi Komunitas Studio Mendut akan memberikan Public Lecture Atawa Pengajian Umum tentang laku dan makna Suluk Disrupsi yang menjadi tajuk utama FMR#3. Lalu akan disambut dan direspon oleh Kyai Maknun Qoof dari Halaqoh Tani Sufi Laras Jagad Kecamatan Tayu.

Acara FMR#3 ini dipelopori oleh dua tokoh pemuda, yakni saudara Adid Rafael Aris Husaini dan Maskuri. yang membangkitkan gotong royong warga dukuh Dombyang yang dengan gerak tangkas dan prigel mampu menyiapkan dan menyelenggarakan acara dalam tempo sesingkat-singkatnya. Maka, salah satu desa paling atas di lereng gunung Muria bagian timur itupun jadi Rejo dan bercahaya. Semoga akan memendar pada desa-desa di lereng gunung Muria lainnya pada Festival Muria Raya edisi selanjutnya.

Lalu, apakah kehidupan surgawi warga desa akan atau sudah disrupsi?

Mari kita hadiri upacara sekaligus acara Festival Muria Raya kali ini.

Back To Top