Blora-Infomuria.com–Pemerintah desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Blora menggadang budidaya ternak bebek (itik) di wilayah setempat kedepannya bisa menjadi ikon untuk penghasil dan pemasok kebutuhan daging serta telur bebek di Kabupaten Blora.
Ribuan ekor bebek (itik) jenis hibrida dan petelur (bebek Mojosari) yang dikembangkan dan dibudidayakan warga Desa Purworejo menjadi sisi pembeda yang menginspirasi untuk mendorong percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.
Mukhtar Jauhari, salah satu peternak bebek hibrida yang juga Sekretaris Desa Purworejo mengaku bahwa usaha yang telah ditekuni sangat prospektif dikembangkan.
Menurutnya ternak bebek hibrida merupakan salah satu strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat yang cukup menguntungkan. Sebab, selain ayam, bebek hibrida diketahui sebagai salah satu ternak unggas penghasil daging yang cukup potensial.
“Alhamdulillah saya sudah menekuni ternak bebek hibrida lebih sari satu tahun, bibitnya dari Jombang, Jawa Timur. Saat ini saya pelihara 1000 ekor bebek. Saudara saya juga pelihara sekitar 300 hingga 500 ekor, selain itu ada juga warga yang pelihara bebek Mojosari (petelur) sekitar 250 ekor,” jelasnya di Purworejo, Senin (12/6/2023).
Dijelaskannya, dalam rentang waktu 35 hingga 45 hari, bebek hibrida sudah bisa dipanen. Satu ekor bebek hibrida sendiri bisa mencapai bobot 1,7 kg. Harga bebek pedaging Rp27.500,00 per kilogram.
“Untuk pakan menggunakan konsentrat. Kebutuhan air juga cukup, kebetulan saya gunakan aliran air dari sumber embung Plered. Sekali panen saya mendapatkan Rp40.000.000,00. Dari jumlah itu saya masih memiliki keuntungan bersih Rp6.000.000,00. Alhamdulillah,” ucapnya.
Sedangkan untuk pemasaran, dirinya mengaku sudah ada komunitas peternak bebek. Beberapa pesanan bebek hibrida juga datang dari luar Blora, seperti dari Semarang, Sragen dan Purwodadi.
“Kebersihan kandang memang harus diutamakan,” tambah M. Jauhari.
Sementara itu Kepala Desa Purworejo Harun, SP mendukung upaya pemberdayaan masyarakat untuk beternak bebek. Pihaknya juga bersedia untuk menyelenggarkan pelatihan secara kelompok dan mendatangkan narasumber jika ada warganya yang berniat mengembangkan budidaya ternak bebek.
Dengan demikian, tidak hanya sapi, kambing dan kerbau saja sebagai rojokoyo, tetapi dengan ternak bebek hibrida dan petelur semakin memacu percepatan ekonomi masyarakat.