Rembang-Infomuria.com–Ribuan warga memadati Alun-Alun Lasem untuk menyaksikan pentas seni pada Sabtu malam (24/6/2023). Mereka menonton pertunjukan kolaborasi seni yang menceritakan Perang Kuning perjuangan para pejuang Lasem melawan kolonial Belanda.
Pertunjukkan yang mengkolaborasikan wayang, tarian dan musik modern ini mampu menarik perhatian ribuan penonton yang menyaksikan hingga acara berakhir.
Selain pertunjukkan kolaborasi seni tentang perang Kuning Lasem, kemudian penampilan band modern Jeromah dan kelompok musik tradisional keroncong Tiga Negeri. Kedua kelompok musik itu juga memberikan hiburan tersendiri bagi penggemarnya.
Kisah Perang Kuning Lasem menceritakan perjuangan dari tiga tokoh besar Lasem yakni Raden Panji Margono mewakili tokoh pribumi, KH.Baidlowi dari kalangan santri, Bupati Lasem kala itu, Tumenggung Widyaningrat yang dikenal Oei Ing Kiat dan Kiai Ali Baidlowi ulama besar Lasem di paruh pertama abad ke-18 melawan Belanda.
Dari sejarah Perang Kuning memberikan gambaran bahwa Lasem pada tahun 1740 telah terwujud persatuan , hidup berdampingan antara kalangan masyarakat Jawa, Tionghoa dan kaum santri.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Rembang, Mutaqqin berharap pentas kesenian yang dikemas menarik tersebut bisa memberikan hiburan kepada masyarakat dan banyak pihak.
“Ini dalam rangka menjalankan tugas kami Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yaitu untuk melakukan tindakan pembinaan, pengembangan dan pelestarian seni budaya yang ada di Kabupaten Rembang, ” terangnya.
Terlebih menurut Mutaqqin keberadaan Lasem sebagai Kota Pusaka harus bisa dimanfaatkan dengan baik dan positif. Sehingga Lasem bisa semakin dikenal hingga ke tingkat internasional.
Camat Lasem , Sutarwi mengajak seluruh warga yang menonton untuk mencintai Lasem, salah satu wujudnya yakni menjaga fasilitas umum atau ruang publik yang sudah dibuat pemerintah ini. Mulai alun- alun, pasar kreatif dan lainnya dijaga kelestarian dan kebersihannya.
Ia juga mengaku bangga bisa menjadi bagian dari Lasem. Keberagaman dan kerukunan Lasem dikatakannya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
“Jangan sampai seperti di Afganistan yang hanya delapan suku bahkan agamanya sama sampai sekarang masih perang, tidak bisa menikmati acara seperti ini. Selain itu mari kita jaga kebersihan Lasem bersama apalagi sebagai Kota Pusaka,” ungkapnya.
Diyan R. Awalia salah satu penonton pentas seni mengaku sengaja meluangkan waktu untuk datang ke alun- alun. Dirinya bersama suami kebetulan sedang mencari hiburan dan sekaligus penasaran apa yang akan ditampilkan di sana.
“Bagus menghibur tadi, ada seperti drama kolosalnya yang mengisahkan perjuangan Lasem zaman dulu , aku memang belum pernah tau sebelumnya. Terus terakhir ada hiburan musik keroncongnya, ” tuturnya.