NgAllah Suluk Maleman: Rakyat Bukan Musuh

PATI – Gelaran NgAllah Suluk Maleman edisi Sabtu (20/9) mengangkat tema “…Dan Udara Pun Beracun…” dengan membahas situasi politik tanah air maupun global.

Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Ba’asyin, menegaskan bahwa aksi rakyat jangan dianggap sebagai ancaman, melainkan sinyal adanya persoalan serius di tengah masyarakat.

Menurut Anis, sejumlah pergerakan massa belakangan ini muncul secara organik karena keresahan, bukan rekayasa kelompok tertentu. Ia mengingatkan pemerintah agar tidak hanya melihat aksi rakyat sebagai kebisingan yang harus dibungkam.

“Kalau dianggap noise lalu dibungkam, persoalan akan menumpuk dan bisa meledak sewaktu-waktu. Rakyat itu ibarat raksasa tidur, jangan dibuat marah,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa rakyat sejatinya hanya ingin didengar, bukan memusuhi negara. Ketidakadilan, lanjutnya, menjadi pemicu utama munculnya gelombang protes, apalagi di tengah kondisi sulit seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun praktik korupsi yang mencolok.

“Ketidakadilan adalah kekerasan pertama yang akan melahirkan kekerasan berikutnya,” kata Anis.

Dalam kesempatan itu, Anis juga menyoroti perilaku politisi yang dianggap memperlakukan suara rakyat layaknya transaksi “beli putus”, serta peristiwa perampasan buku yang disebut-sebut sebagai pemicu aksi massa.

Ia menegaskan, sumber persoalan sesungguhnya bukan pada buku, melainkan ketidakadilan itu sendiri.

Di sisi lain, Anis mengingatkan masyarakat agar tidak mudah terprovokasi, terutama di era teknologi kecerdasan buatan (AI) yang rawan melahirkan informasi palsu, seperti kasus deep fake yang menyerang sejumlah tokoh.

“Bermedsos boleh saja untuk hiburan, tapi dengan porsi tepat dan bijak. Kedaulatan pikiran harus tetap dijaga,” pesannya.

Acara yang berlangsung di Rumah Adab Indonesia Mulia itu juga diisi penampilan musik Sampak GusUran, dengan ribuan jamaah hadir secara langsung maupun melalui kanal media sosial Suluk Maleman.