Salatiga, Infomuria.com – PLN berkomitmen mengimplementasikan ESG melalui program pengarusutamaan Gender ( Kesetaraan Gender red. ) dalam setiap lini proses bisnis yang berkelanjutan, tak terkecuali dalam pengamanan aset ketenagalistrikan. Di UPT Salatiga, implementasi tersebut diwujudkan dengan melibatkan para srikandi PLN untuk terjun langsung dalam proses pengamanan aset melalui sertifikasi tanah.
Manager UPT Salatiga, Nur Fajar Fardiansyah Umar mengatakan, pengamanan asset melalui sertifikasi tersebut menjadi prioritas yang tengah dikebut PLN saat ini agar keberlangsungan penyaluran tenaga listrik tetap terjaga.
“Saat ini PLN tengah bergerak cepat untuk mewujudkan komitmen dalam mengamankan, memelihara dan mendayagunakan aset tanah PLN. Program ini menjadi momentum yang tepat bagi para srikandi memberikan kontribusi terbaiknya,” terang Nur Fajar Senin 25 maret 2025.
Kontribusi tersebut, salah satunya datang dari Ereza Jelita. Sepanjang pengalamannya bergabung dalam Tim percepatan sertifikasi aset tanah, Ereza bersama tim telah berhasil menyelesaikan sebanyak 118 persil sertifikat pada tahun 2023.
“Prosesnya tidak mudah, tetapi bisa kita lalui. Mulai dari tahapan pengumpulan data dan dokumen, melakukan pengukuran di lapangan, hingga potensi timbulnya konflik dengan stakeholder terkait,” terang Ereza.
Sepanjang pengalamannya, Ereza sering menemukan berbagai kondisi yang menantang, mulai dari cuaca buruk hingga beratnya medan yang harus ditempuh. “Pada suatu kesempatan, kami harus menyusur sungai dan menerobos tanaman tinggi demi melakukan pengukuran tapak tower di penghantar Tower antara Ungaran – Pedan,” ungkap Ereza.
Ereza yakin menyelesaikan permasalahan dengan masyarakat atau instansi lain hingga proses terbitnya sertifikat menjadi pengalaman luar biasa bagi dia selama bekerja di PLN
Sementara itu, General Manager PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah, Tejo Wihardiyono mengatakan, keterlibatan srikandi dalam proses sertifikasi aset tanah ini memberikan ruang dan warna yang baru, khususnya dalam hal negosiasi di lapangan.
“Tentu dalam prosesnya, banyak ditemukan kendala-kendala lapangan, baik itu permasalahan – permasalahan sosial maupun permasalahan teknis. Keluwesan para srikandi dalam melakukan negosiasi untuk mencapai titik temu dan kesepakatan ini tentunya dapat membantu mempercepat proses sertifikasi,” terang Tejo.
Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Dirut PLN yaitu keterlibatan perempuan dalam seluruh lini proses bisnis perusahaan melalui pengarusutamaan gender ini dapat berkontribusi meningkatkan competitive advantage dan value dari perusahaan serta memastikan perusahaan tetap survive dan flourish. ( Sumber : HO PLN )