Tingginya beban masalah stunting di Indonesia, karena prevalensi yang masih tinggi dan risiko dampak jangka panjang yang dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia Indonesia, menjadi latar belakang sangat diperlukannya suatu sistem jejaring untuk pencegahan, deteksi dini dan tata laksana bayi dan balita stunting.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, Aviani Tritanti Venusia pada Rapat Pembentukan Jejaring Stunting dengan Strategi “Ayo Berdenting” di Hotel New Merdeka pada Rabu ( 31/5/2023) .
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati menginisiasi suatu strategi “AYO BERDENTING” (Aktual Yakin Obyektif Bersama Identifikasi Stunting) yang melibatkan Tim Medis yang terdiri dari seluruh Dokter Spesialis Anak dan Dokter Spesialis Gizi Klinik di Kabupaten Pati untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan sehingga didapatkan balita pendek yang diakibatkan karena stunting sesuai definisi operasional yaitu adanya hambatan gangguan pertumbuhan pada balita akibat kekurangan gizi kronis dalam waktu yang lama dan infeksi yang berulang serta adanya hambatan perkembangan otak balita.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut diperlukan jejaring stunting yang lebih optimal, komitmen yang kuat, keterlibatan aktif dan pembagian peran yang jelas antara manajemen Rumah Sakit, manajemen puskesmas, seluruh stakeholder dan masyarakat dalam pelaksanaan upaya pecepatan penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Pati.
Untuk prevalensi stunting di Kabupaten Pati berdasarkan SSGI pada tahun 2021 sebesar 20,6% dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 23,0%. Itu berarti prevalensinya diatas angka nasional. Data SSGI digunakan sebagai data makro untuk menentukan arah kebijakan nasional. Sedangkan berdasarkan EPPGBM prevalensi stunting Kabupaten Pati pada tahun 2021 sebesar 5,43 dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 5,78%.