Pati, INFOMURIA – Festival Berkat Bandeng diharapkan mampu meningkatkan kesadaran warga akan nilai ekologi, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan alam sekitarnya. Festival ini, yang memadukan semangat ekologi dengan balutan tradisi dan budaya, akan diselenggarakan di Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana, pada tanggal 21 hingga 23 November 2025.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Direktorat Bina Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan, serta Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan melalui program Pemajuan Kebudayaan Desa.
Kepala Desa Bakaranwetan, Kecamatan Juwana, Wahyu Supriyo, menjelaskan bahwa Festival Berkat Bandeng bertujuan untuk membangkitkan kembali kesadaran akan nilai ekologi yang melekat pada ekosistem tambak bandeng. Menurutnya, upaya menjaga lingkungan telah lama terintegrasi dalam berbagai tradisi warga Desa Bakaranwetan.
“Seperti halnya tradisi Krigan atau bergotong royong bersih-bersih sungai. Dulu itu ada. Melalui festival ini kami berharap dapat membangun kesadaran sekaligus merekonstruksi tradisi yang membawa pesan ekologi,” ujar Wahyu.
Wahyu juga menekankan pentingnya keberadaan sungai yang memiliki dampak besar terhadap proses budidaya tambak bandeng. Kondisi sungai yang baik secara langsung akan memengaruhi kualitas dan kuantitas hasil budidaya bandeng. “Sungai bukan hanya jalur air, melainkan urat nadi kehidupan bagi ribuan petani tambak bandeng. Dari sanalah kehidupan mengalir. Masyarakat belajar tentang keseimbangan ekologi yang harus dijaga bersama. Alam terancam, ekonomi ikut terguncang,” terangnya.
Dari semangat menjaga sungai inilah lahir gagasan “Festival Berkat Bandeng”, sebuah acara yang merayakan relasi antara ekologi, tradisi, dan ekonomi rakyat. Festival ini tidak hanya sekadar perayaan budaya, tetapi juga bentuk pengabdian ekologis masyarakat tambak terhadap alam sebagai sumber kehidupan mereka.
Selain upaya pelestarian lingkungan, Festival Berkat Bandeng juga menjembatani tradisi dan ekologi. Dalam berbagai ritual seperti manganan sigit, kirab tumpeng, dan berkat bandeng, masyarakat secara konsisten menggunakan ikan bandeng sebagai lauk utama sesaji, sebuah praktik yang berbeda dari daerah lain di Pati yang umumnya menggunakan ayam. Tradisi ini mengindikasikan kedekatan historis antara ikan bandeng dengan kehidupan masyarakat setempat.
Serangkaian kegiatan akan meramaikan Festival Berkat Bandeng, meliputi Rembuk Kali, Prosesi Wiwit Panen, tari bandeng, pameran seni rupa, lomba olahan bandeng, dan makan bandeng bersama. Acara ini direncanakan berlangsung di Taman Batik Bakaranwetan dan tambak petinggen.
Festival ini juga diharapkan dapat memperkuat citra Kecamatan Juwana sebagai salah satu sentra penghasil ikan bandeng terbaik. Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Kabupaten Pati tahun 2025 menunjukkan bahwa Kecamatan Juwana menyumbang 8.368,76 ton bandeng dari total produksi 24.361,2 ton di seluruh Kabupaten Pati, dengan sebagian besar berasal dari lahan tambak di Desa Bakaran Wetan.
Hasil budidaya bandeng dari Juwana tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal Pati, tetapi juga menyuplai kota-kota besar seperti Semarang dan Jakarta. Selain produk mentah, masyarakat Desa Bakaranwetan juga mengolah bandeng menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi, seperti bandeng presto, cabut duri, otak-otak bandeng, dan olahan lainnya. Diversifikasi produk ini telah berhasil menumbuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di desa pesisir Utara Jawa tersebut, yang pada gilirannya memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Maka menjaga sungai bukan hanya menjaga air, tetapi juga menjaga masa depan. Festival ini diharapkan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk memahami bahwa ekologi dan ekonomi bukan dua hal yang berseberangan, melainkan dua sisi dari satu keberlanjutan,” pungkasnya. (tyo/red)